PENDAHULUAN
Peradaban adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menyebutkan bagian-bagian atau unsur kebudayaan yang dianggap halus, indah dan
maju. Konsep kebudayaan adalah perkembagan kebudayaan yang telah mencapai
tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan,
teknologi, spiritual yang terlihat pada masyarakatnya. Kebudayaan bersifat
dinamis. Oleh sebab itu ia dapat mengalami perubahan atau pergeseran. Faktor
utama dalam perubahan ini adalah adanya globalisasi.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban
manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari
proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi
komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh
seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi sebagai sebuah
proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Problematika peradaban di Indonesia yang timbul akibat
globalisasi diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang
terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat,
terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan
kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi
informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi banyak
alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan televisi,
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang
berasal dari berbagai belahan bumi. Hal ini menyebabkan terpinggirkannya
kesenian asli Indonesia.
Problematika peradaban yang penting lainnya adalah adanya
kemungkinan punahnya suatu bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur
bahasanya telah “terkontaminasi” oleh pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya
ialah seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di daerah ini sering kali kita
temukan percampuran bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh anak
muda di Sumater Barat, seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam
percakapan sehari-hari (kama lu?, gak tau gua do, dan lain-lain). Hal ini jelas
mengancam eksistensi bahasa di suatu daerah.
PEMBAHASAN
I. Kemajuan Media Komunikasi Bagi Adab dan Peradaban
Manusia
Muncul dan berkembangnya media baru dalam dunia
komunikasi membawa dampak besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Para
ahli pun mengemukakan berbagai teori yang dapat mengakomodasi dan menjelaskan
dampak yang terjadi akibat perkembangan media baru tersebut.
Teori Uses and Gratification telah mencoba menjelaskan
penggunaan media elektronik bagi komunikasi interpersonal. Sejumlah studi yang
sama dicoba untuk diterapkan pada skala organisasi, di mana jaringan komputer
digunakan sebagai jaringan komunikasi elektronik, yang kemudian disebut sebagai
computer mediated communication. Dalam studi ini disertakan pula alat-alat baik
yang berhubungan langsung maupun tidak berhubungan secara langsung dengan
komputer.
Sebuah hal terpenting yang diperhatikan di sini adalah
konsep kehadiran (presence), di mana sesuatu yang maya dirasakan seolah sebagai
objek yang benar/nyata adanya. Sedangkan social presence di sini diartikan
sebagai pengalaman yang dirasakan oleh seseorang melalui isyarat atau
tanda-tanda yang ada pada berbagai media komunikasi.
Email dikatakan memiliki tingkat “presensi” yang rendah,
karena hanya digunakan untuk bertukat informasi searah, feedback dari penerima
email tidak langsung diberikan saat itu juga atau sering ditunda. Sedangkan
videoconferences dikatakan memiliki tingkat presensi sosial yang tinggi, karena
proses komunikasi berlangsung dua arah, dan kedua komunikator mampu merasakan
kehadiran komunikator yang lain dengan melihat mimik wajah, gesture, notasi
suara, dsb.
(Straubhaar, Joseph & La Rose, Robert: 2004)
Dampak Media Komputer
Selama ini, penyebaran internet telah mengubah perhatian
masyarakat terhadap pengaruh media baru. Salah satunya mengubah persepsi
masyarakat tentang media-media baru. Lahirlah beberapa studi yang meneliti
mengenai dampak penggunaan media baru ini, hingga pada akhirnya disimpulkan
beberapa dampak yang dibawa oleh kemajuan teknologi komunikasi.
o Perilaku
Antisosial (Antisocial Behavior)
Perkembangan komunikasi bermediakan komputer berjalan
seiring dengan tumbuh suburnya nilai-nilai menyimpang yang dihasilkan oleh
tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Sejauh ini, para ilmuwan menyimpulkan
bahwa kekerasan pada games di komputer memiliki pengaruh yang sama kuatnya
dengan tayangan kekerasan di televisi. Bahkan studi tertentu mengatakan bahwa
video games mempunyai kemampuan lebih kuat untuk mempengaruhi anak-anak jika
dibandingkan dengan tayangan TV atau tindakan kekerasan yang sebenarnya
disaksikan oleh anak-anak.
Selain itu, pornografi yang marak di internet juga ikut
meracuni otak anak-anak. Pelakunya dengan
sengaja memberi link dari situs-situs yang biasanya dikunjungi oleh anak-anak
ke situs-situs yang seharusnya tak pantas dikunjungi anak-anak dibawah umur.
Sedangkan pada orang dewasa, pornografi tidak menunjukkan hasil penyimpangan
yang signifikan seperti pada anak-anak apabila dilihat dari sisi agresivitas
dan perilakunya.
o Kecemasan
Berlebih Terhadap Komputer (Computer Anxiety)
Hal ini biasa disebut sebagai cyberphobia atau
computerphobia, yakni rasa takut, cemas, khawatir pada saat menggunakan komputer.
Biasanya ditunjukkan dengan gejala-gejala mual, pusing, dan keringat dingin
pada saat menggunakan komputer. Si pengguna biasanya merasa takut untuk
menggunakan komputer atau alat-alat canggih lain karena takut salah menekan
tombol, takut terjadi hal-hal yang tidak dinginkan jika salah mengoperasikan
suatu alat, dsb.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang umumnya
tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang alat tertentu, atau pada
orang-orang yang kemampuan perhitungannya kurang baik.
Orang-orang semacam ini akan menggunakan komputer dengan
porsi sesedikit mungkin. Murid yang jarang memakai komputer di kelas atau
pekerja yang menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan komputer mungkin
merupakan tanda-tanda dari computerphobia.
Berbeda halnya dengan computerphobia, internet
self-efficacy adalah mereka yang sudah merasa mantap menggunakan teknologi yang
ada dan lebih banyak berinteraksi dengan komputer dalam penyelsaian
pekerjaannya.
o Ketagihan
(Addicted)
Media komputer memiliki kualitas interaksi yang mampu merespon tiap gerak penggunanya.
Kadang kala, komputer mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan penggunanya,
namun kadang tidak, hasilnya pun bervariasi pada tiap pengguna.
Kemampuan ini yang akhirnya menuntut kita untuk “datang
lagi” dan merasakan hal yang berbeda – prinsip ketagihan yang sama seperti pada
judi.
Yang menjadi bahan diskusi di antara para orang tua
adalah anak-anak mereka yang kecanduan untuk terus bermain di depan layar
komputer tanpa henti. Brenner dalam bukunya mengatakan bahwa heavy internet
user menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada ketagihan, antara lain
kecanduan dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Hal yang sama juga
terjadi pada orang dewasa. Bahkan yang lebih parah, mereka merelakan sejumlah
uang yang keluar untuk bermain game di komputer atau di internet. Mereka rela
menghabiskan uang untuk gambling, fantasy sport league, dan permainan virtual
lainnya.
Menurut seorang psikolog, Sherry Turkle, kekuatan
komputer bukan datang dari hal-hal di luarnya/eksternal layaknya pada
obat-obatan, tapi dari apa yang ada pada orang-orang yang menggunakan, dari apa
yang mereka pelajari tentang ketergila-gilaan mereka pada komputer.
Suatu hal yang menarik adalah kemampuan komputer untuk
mendorong / memprovokasi pencerminan diri penggunanya serta memperluas pikiran
ke dalam dunia maya yang seakan-akan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dalam
hal ini, kebiasaan pengguna komputer disamakan dengan kemampuan mereka untuk
mengontrol dunia di dalam komputer, mereka merasakan hubungan yang sangat erat
dan keterkaitan dengan komputer. Orang-orang ini juga ingin mengekspresikan
diri mereka melalui komputer dan menciptakan gaya sesuai dengan kepribadian
masing-masing.
Tumbuh kembang internet di dunia di dukung oleh beberapa
faktor, hal pertama adalah karena karena internet menyediakan layanan yang
familiar dan bersifat memudahkan penggunanya. Selain itu, pertimbangan waktu
yang digunakan untuk mencari informasi lewat internet dari berbagai belahan
bumi lebih efisien daripada jika kita mencari informasi lewat media cetak atau
media lainnya. Lewat internet kita bisa mencari data dalam berbagai bentuk,
mulai dari sekedar tulisan, sampai video klip yang bergerak.
Bagaimanapun, perkembangan media informasi memiliki dua
sisi yang mutlak ada, yakni segi positif dan negatif. Di atas, para psikolog
menguraikan dampak-dampak negatif yang diusung oleh media baru. Di sisi lain,
media baru membuka mata negara-negara berkembang untuk memandang ekonomi global
dari sebuah alat bernama komputer.
Internet juga memiliki peran dalam bidang ekonomi, hal
ini terlihat dari adanya e-commerce atau e-business. Internet berperan sebagai
infrastruktur yang membantu transaksi perdagangan dari penjual pada pembeli.
Internet juga bisa disebut sebagai pasar belanja terbesar dengan jaringan
informasi dan komunikasi terluas.
(Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L: 2004)
II. Kemajuan IPEK Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Dari zaman ke zaman, perubahan yang terjadi di dunia ini
amatlah sangat pesat, apalagi dari segi Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Bila kita ingat zaman dahulu, banyak para ilmuwan menemukan berbagai hasil
percobaannya, dan kemudian diluncurkan lalu dipakai untuk kebutuhan
sehari-hari, seperti adanya ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu kimia, ilmu
biologi, juga ilmu sosial. Semua ilmu itupun masih diterapkan hingga saat ini
oleh kita semua.
Tak dapat kita bayangkan apabila para ilmuwan tidak
menemukan berbagai penemuan luar biasa untuk peradaban manusia, kita bahkan
mungkin tak dapat untuk bertahan hidup, karena kita akui bahwa kita sangatlah
butuh akan keberadaan ilmu pengetahuan dunia untuk menjalankan kehidupan di
dunia fana ini.
Namun, di balik semua itu kita patut, wajib, dan haruslah
untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena keagungan-Nya lah ilmu
pengetahuan itu dapat kita rasakan dan manfaatkan selama kita hidup. Setelah
itu, kita patut untuk menjaga dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut
sampai saat nanti untuk masa depan dan peradaban manusia.
IPTEK di satu sisi sungguh sangat membantu kita selaku
manusia dalam mengerjakan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1. Mengetik
laporan kerja dengan komputer
2. Menelepon
orang lain dengan handphone
3.
Mendengarkan musik dengan mp3 player
4.
Mengetahui berita dengan televisi
5.
Mengetahui waktu dengan jam
6. Bepergian
ke manapun dengan sepeda motor, mobil, dan kendaraan lainnya
7.
Mendinginkan ruangan dengan AC
8. Dan masih
banyak lagi contohnya
Bahkan saat ini telah diciptakan robot menyerupai manusia
yang bertujuan untuk menggantikan manusia dalam mengerjakan tugas
sehari-sehari. Kita jadi sangat tertolong dengan adanya teknologi yang kian
lama kian maju.
Namun, di sisi lainnya, kita jadi dimanjakan oleh
teknologi. Manusia jadi malas, bahkan sangat tergantung oleh teknologi yang
membantu mengerjakan pekerjaan sehari-hari kita selaku manusia. Jadinya,
manusia tidak ada usaha sekuat tenaga untuk mengerjakan pekerjaannya dengan
tangan sendiri. Padahal sungguh bangganya kita bila suatu pekerjaan dapat
dilakukan dan diusahakan sendiri.
Kemajuan IPTEK menunjukkan kemampuan intelektual
(intelligence) manusia juga berkembang. Jadi teknologi selalu membutuhkan
manusia supaya dapat diciptakan untuk peradaban manusia. Tetapi manusia tidak
sepenuhnya selalu membutuhkan adanya teknologi untuk kehidupannya, karena
manusia memiliki intelektual, sedangkan teknologi tidak memiliki intelektual.
(Prayudi: 2009)
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya
sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi.
Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah
dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi
sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi
sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara
bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast &
Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing scientific knowledge.
Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap
tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak
manusia.
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa kehidupan
manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, bahwa teknologi
merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi
dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi, karena menusia berakal.
Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih
mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan
alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai
contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan
teknologi. Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi
yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri,
yaitu : (1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi,
(4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan
mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian
mengagumkan itu memang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban
umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik
cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin
otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia
dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah
ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah
mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan
aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang
benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan
kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya
kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin
kuatnya gejala “dehumanisasi”, tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini,
merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan,
sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang tinggi itu dapat
melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus atau
makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu
religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang
ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan
membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi
umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan
manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri
akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi
manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak
oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Perbudakan dan penjajahan di North America, Asia dan
Afrika hanya memungkinkan melalui dukungan iptek. Perkembangan iptek di Eropa
Barat membuahkan revolusi industri yang menindas kelas pekerja dan yang
melahirkan komunisme. Produksi weapons of mass destruction, baik kimia, biologi
ataupun nuklir tentu saja tidak bisa
dipisahkan dari iptek; belum lagi
menyebut kerusakan ekosistem alam akibat dari kemajuan iptek.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam
dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya
mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari
sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu
saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah
bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah
dampak terhadap perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang
penciptanya dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja
terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi
terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang
lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi
industri.
III. Pertumbuhan dan Perkembangan Demografi Terhadap Adab
dan Peradaban Manusia
Johan Sussmilch (1762): “Demografi mempelajari hukum
Tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang
terlihat pada kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.”
Achille Guillard (1855): “Demografi sebagai ilmu yang
mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur
yaitu meliputi perubahan secara umum, fisik, peradaban, intelektualitas, dan
kondisi moral.”
David V. Glass (1953): “Demografi terbatas pada studi
penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi, yaitu: fertilitas,
mortalitas, dan migrasi.”
UN (1958); IUSSP (1982): “Demografi adalah studi ilmiah
mengenai masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta
pertumbuhannya. Masalah demografi lebih ditekankan pada segi kuantitatif dari
berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu: fertilitas,
mortalitas dan migrasi.”
Donald J. Bogue (1973): “Demografi adalah ilmu yang
mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan
distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang perubahan masa melalui
bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.”
Bapak demografi: John Graunt menganalisis data kelahiran
dan kematian yang diperoleh dari catatan kematian (bills of mortality) yang
setiap minggu diterbitkan oleh petugas gereja-gereja. John Graunt mencetuskan
hukum-hukum tentang pertumbuhan penduduk.
Demografi (Kependudukan) adalah ilmu yang mempelajari
dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan
distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu
akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat
merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan
kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Problematik demiografi dalam meningkatkan kesejahteraan
sudah berada di wilayah terapan ilmu demografi. Pertanyaan mendasarnya adalah
upaya mencari keseimbangan struktur penduduk di wilayah tertentu pada periode
tertentu dan kesejahteraan optimal yang dapat dicapai.
Contoh kasus, pemerintah RRC melarang pasangan suami
isteri memiliki lebih dari satu anak sejak akhir 1970-an (1978 atau 1979).
Alasannya untuk mengurangi angka pertumbuhan penduduk sehingga beban sosial
ekonomi berkurang. Implikasi kebijakan ini sangat banyak, antara lain budaya
Cina yang menginginkan anak laki-laki tidak jarang memicu aborsi ketika bayi
dalam kandungan diketahui berkelamin perempuan. Cina berhasil mencegah kelahiran
400 juta bayi selama 1978-2008, 30 tahun. Namun, bersamaan dengan peningkatan
keseejahteraan Cina, akan sering terjadi beban sepasang suami-isteri adalah
empat orang tua yang panjang umur dan satu anak hasil perkawinan.
Kasus Indonesia, sejak reformasi 1998, intensitas program
Keluarga Berencana tampak menurun. (Coba perhatikan semakin banyak pasangan
suami-isteri di sekeliling kita memiliki lebih dari dua anak antara 1998-2008).
Belakangan Kepala BKKBN mengingatkan akan terjadi ledakan jumlah penduduk dan
segala implikasinya di Indonesia jika program KB ditinggalkan. Kampanye KB pun
dimulai lagi, namun belum seintensif di masa Presiden Soeharto.
Sejak tumbangnya Orde Baru, perkembangan masyarakat di
Indonesia ditandai oleh perbedaan pendapat yang akhir-akhir ini menjurus kepada
ketidakserasian bangsa. Dampak dari rasa muak terhadap friksi yang tidak
berkesudahan, mulai muncul di kalangan awam kerinduan atas keadaan masa lalu
yang dianggap relatif stabil, aman, dan mudah mencari makan.
Konflik yang berkepanjangan tidak perlu terjadi apabila
kekuatan politik yang ada memahami keadaan dan perkembangan struktur demografi
Indonesia. Secara demografis, konflik di Indonesia sebenarnya dapat dijelaskan
dari sisi perbedaan antargenerasi (inter-generational gap). Struktur penduduk
sebenarnya menggambarkan pengalaman anggota masyarakat di mana setiap orang
yang ada di dalamnya telah melalui siklus kehidupan, dari sejak lahir, bayi,
anak, akil balik, dewasa, tua dan akhirnya mati. Perjalanan kehidupan setiap
orang dengan latar belakang yang mempengaruhi tata kehidupannya ini akan
membentuk sikap, pandangan dan perilaku.
Dinamika penduduk akan melahirkan push and pull theory,
yaitu Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan mengurangi. Laju pertumbuhan penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Perubahan jumlah penduduk ini
disebut sebaagi pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk adalah bertambah
atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu
tertentu. Tingkat pertumbuhan penduduk di negara kita masih termasuk tinggi.
Idealnya, struktur penduduk membentuk urutan generasi
yang teratur. Kenyataannya, keberhasilan usaha menurunkan kelahiran dan
kematian selama ini telah membentuk struktur penduduk Indonesia di mana
generasi yang dilahirkan tahun-tahun 1980-an dan 1990-an jatuh berhimpitan di
antara generasi-generasi yang dilahirkan di tahun-tahun sebelumnya.
Generasi 1920-1930
Akibat dari perkembangan status ekonomi dan teknologi
kesehatan yang lebih baik menyebabkan generasi kelompok lanjut usia (generasi
1920-30) masih signifikan dalam struktur penduduk Indonesia. Keberadaan mereka
dalam masyarakat mulai mendorong permintaan pada sarana dan pelayanan geriatri.
Mereka adalah kelompok yang mampu melalui Perang Dunia II dan depresi ekonomi
di tahun 30-an dan perlu diperhitungkan keberadaan mereka. Latar belakang
kehidupan mereka membentuk kepribadian konservatif, dan hemat. Oleh karena mereka
merasa ikut menanamkan dasar kebangsaan di masa remaja, mereka mengharapkan
generasi selanjutnya menjadi kuat, loyal, hemat, dan mempertahankan kekerabatan
dalam arti luas. Penolakan terhadap pandangan generasi ini dianggap sebagai
penolakan dari generasi muda dalam melestarikan tata nilai moral.
Generasi 1940-1950
Generasi ini dilatarbelakangi oleh kehidupan yang serba
kurang akibat lemahnya ekonomi Indonesia. Latar belakang keras dengan suasana
perang kemerdekaan dan pemberontakan membentuk sikap dan kepribadian yang
hampir sama dengan generasi sebelumnya yaitu sederhana dan kerja keras. Mereka
mendambakan kehidupan yang aman, nyaman dan damai. Kecenderungan dari elite
generasi ini adalah pekerja keras untuk menghadapi persaingan akibat dari mobilitas
sosial yang dibuka untuk semua warga. Memasuki usia tua, mereka cenderung
membentuk kepribadian yang konservatif.
Generasi 1960-1970
Generasi dewasa muda mengalami masa pertumbuhan di saat
kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cepat.
Pengaruh dari keadaan yang penuh dengan kemudahan menyebabkan terbentuknya
kepribadian kurang peka dengan lingkungan mereka. Secara umum, tata nilai
generasi ini bermuara pada diri mereka sendiri sebagai pusat keberhasilan.
Ambisius. Mereka yang kurang peka dengan pentingnya keluarga besar (extended
family). Mereka tidak bersedia kehilangan kenyamanan yang mereka peroleh pada
waktu mereka tumbuh dalam keluarga. Sukses ditandai oleh gaya hidup
kosmopolitan. Elite dari generasi ini menghasilkan sub-kultur yuppies dengan
pola pengeluaran boros. Krisis yang berkepanjangan dapat menumbuhkan perasaan
pahit terhadap mereka yang menyebabkannya kesejahteraan mereka terganggu.
Jumlah mereka secara absolut sangat
besar dan dapat membentuk kekuatan politik yang perlu dipertimbangkan.
Ketidakpekaan pada kepentingan mereka dapat mengganggu efektivitas kerja
pemimpin di masa mendatang.
Generasi 1980-1990
Anggota yang paling muda dalam masyarakat Indonesia tidak
membentuk kesamaan pandangan. Generasi 1980 tumbuh dalam masa yang terbaik
dalam kemakmuran ekonomi. Pengaruh dari orang tua mereka pada pekerjaan yang
semakin kompetitif mendorong permintaan pada sarana pendidikan yang lebih baik
agar mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Sebagai anak muda, mereka penuh
dengan idealisme dan aktif. Seperti yang lainnya, mereka adalah kelompok yang
dapat dikatakan radikal daripada generasi yang di atasnya. Namun, dengan krisis
ekonomi yang berkepanjangan, hal ini dapat mengubah kepribadian yang liberal
menjadi ultra-konservatif di saat mereka memasuki ke usia lanjut usia.
KESIMPULAN
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita
hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai
ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap
inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia.
Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas
manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyatakat sudah menikmati banyak
manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam drkadr terakhir
ini. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri kenyataan bahwa teknologi
mendatangkan efek negatif bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://veethaadiyani.blog.uns.ac.id/2010/05/04/peradaban-dan-problematika-bagi-kehidupan-manusia/
Komentar
Posting Komentar